Share

Sampah, di dalam dan luar negeri

Sampah dan penyediaan tempat sampah terkadang menjadi bagian dari masalah di kehidupan masyarakat, terutama kebiasaan sebagian besar masyarakat Indonesia yang masih minim kesadaran tentang kebersihan lingkungan, khususnya membuang sampah pada tempatnya. Hal ini sangat berbeda dengan kesadaran masyarakat di beberapa negara maju dan berkembang di berbagai belahan dunia, dimana kebersihan sudah menjadi bagian dari kehidupan.

Saya pernah tinggal beberapa lama di beberapa negara asing dan sangat jelas bagi saya mengapa negara yang saya kunjungi lingkungannya begitu menarik dan asri. Ternyata keasrian dan menariknya suatu kota dan distrik yang saya lihat bukan karena tata kota/tempat yang dibuat sebegitu menariknya atau karena pemandangan alamnya yang luar biasa mempesona, namun karena kebersihan lingkungannya. Beberapa negara luar menyediakan tempat sampah tiap beberapa meter di jalan-jalan utama dan penduduknya sangat sadar bahwa sampah harus dibuang pada tempatnya.

Bagaimana jika di tempat mereka berdiri jauh dari tempat sampah? Sampah kecil (Misalnya bungkus permen, dan lain-lain) akan dimasukkan ke dalam saku atau sampah besar (Kantong plastik makanan, dan lain-lain) akan terus dibawa sampai mereka menemukan tempat sampah untuk membuang sampah-sampah tadi. So simple, Right? Inilah kesadaran yang sebenarnya simple atau gampang untuk diterapkan, namun dampaknya begitu luar biasa. Tempat wisata yang sangat menarik – anggap saja taman bermain atau taman kota yang asri – akan kelihatan kurang menarik apabila banyak sampah yang berserakan di areanya. Tidak ada yang membantah hal ini.

Berbicara mengenai pemandangan alam dan keindahannya, jangan ragu dengan pemandangan alam di negara kita, saya yakin pemandangan alam di negara kita tidak tertandingi. Lalu apa yang membedakannya dengan pemandangan alam di luar negeri, sekali lagi masalah kesadaran akan lingkungan. Sebagai contoh, tidak jarang ditemukan sampah-sampah yang berserakan di atas gunung, padahal gunung tersebut jauh dari pemukiman. Lalu pertanyaannya, siapakah yang membawa sampah-sampah ini ke atas gunung? Jawabannya tidak lain yakni si penikmat wisata di gunung tersebut. Hal ini sangat disayangkan sekali, bagaimana bisa seseorang menikmati pemandangan yang indah di suatu tempat, lalu meninggalkan pemandangan yang buruk bagi orang lain yang ingin sama-sama menikmati? Jawabannya tidak jauh dari pola pikir.

Berbicara mengenai kota besar dan kota kecil, mengapa kota-kota di negara luar secara visual terlihat begitu menarik? Ini bukan mengenai fasilitas publik, sarana transportasi, atau sarana-sarana umum lainnya. Sekali lagi jawabannya adalah karena kesadaran penduduknya akan lingkungan sekitarnya. Saya pernah membandingkan kota-kota di luar negeri dan kota-kota di Indonesia secara visual. Mengenai tata kota, bangunan, dan fasilitas umum, beberapa kota di negara kita lumayan baik. Gedung bertingkat ada, perumahan elit ada, jembatan penyeberangan ada, telepon umum ada, taman kota ada, hutan kota ada, apalagi tempat sampah di area-area umum pasti ada, dan masih banyak lagi hal-hal yang selayaknya ada di tempat yang disebut sebagai kota. Lalu apa yang membedakannya secara visual dengan kota-kota di negara lain? Banyak sampah yang berserakan di tempat-tempat umum.

Apakah anda pernah melihat atau memperhatikan puntung rokok yang berada sangat dekat dengan tempat sampah? Atau bungkus makanan ringan dan botol minuman yang berserakan di suatu taman yang sangat indah? Saya yakin pernah. Miris tidak? Tergantung pola pikir masing-masing. Ada yang menganggap itu hal sepele, namun ada juga yang menanggapinya dengan serius.

Bagi sebagian besar masyarakat yang perduli dengan lingkungan, beberapa saat lalu kita sebagai orang Indonesia begitu terpukul dan merasa sangat malu bahwasannya ketika diadakan acara besar di negara kita yakni Asian Games 2018 dan para turis asal Jepang, yakni sekelompok kecil anak muda Jepang yang membersihkan sampah di area diadakannya pertandingan olahraga tersebut. Hal ini sangat menyedihkan, dimana kesadaran masyarakat yang berada di area pertandingan tersebut. Generasi muda seperti pemuda-pemudi asal Jepang inilah yang dibutuhkan negara Indonesia, terutama dalam memajukan pariwisata di negara kita. Sekali lagi, semua ini berhubungan dengan pola pikir.
Mengenai upaya pemerintah dan organisasi-organisasi perduli lingkungan dalam memajukan kesadaran akan lingkungan pada masyarakat sudah pasti ada dan bukannya hanya sekali. Berbagai sosialisasi dan event mengenai kebersihan lingkungan sudah diadakan, lalu apa yang menyebabkan sampah-sampah masih banyak yang berserakan? Sekali lagi ini mengenai pola pikir.

Pola pikir manusia tidak dapat dirubah dalam sekejap. Sebagian besar generasi masa kini masih memiliki pola pikir yang kurang perduli dengan kebersihan lingkungan. Bagi beberapa orang, membuang puntung rokok di jalanan atau menyelipkan botol minuman di antara bunga di taman itu bukan masalah besar, toh nanti ada yang akan membersihkan. Pola pikir yang demikian tentunya dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang. Memang dunia pendidikan dapat memengaruhi cara berpikir seseorang, terutama kesadaran akan alam sekitarnya. Faktanya, pendidikan tidak hanya di dapat di sekolah dan universitas, namun juga di lingkungan keluarga. Mengapa masyarakat di negara lain sangat memperhatikan kebersihan lingkungannya? Setelah beberapa orang yang saya wawancarai, kesimpulannya hanya satu, bahwa mereka diajarkan oleh orang tuanya sejak kecil tentang pentingnya kebersihan lingkungan.

Jika kebersihan lingkungan diajarkan dan diterapkan pada setiap anak dari kecil oleh setiap orang tua, maka sudah pasti generasi yang berikut akan menjadi generasi yang tidak kalah bersaing dengan masyarakat dari negara-negara lain dalam hal kesadaran akan lingkungan sekitarnya. Hal ini juga ditunjang dengan dunia pendidikan akademik yang semakin maju dan kemajuan teknologi yang semakin canggih dimana hal-hal ini melahirkan kreativitas anak-anak muda dan masyarakat moderen dalam berkarya, misalnya daur ulang sampah menjadi barang sehari-hari. Hal-hal yang demikian apabila diterapkan sejak kecil, tentu ini dapat memengaruhi beberapa aspek penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kedepannya, misalnya jiwa nasionalisme (Cinta tanah air), kreativitas anak bangsa, dan aspek pariwisata.
Janganlah berfokus kita pada generasi masa kini yang kesadaran lingkungannya sudah rusak. Fokuslah kepada generasi-generasi muda dan ajarkan betapa pentingnya kebersihan lingkungan sekitar kita demi generasi-generasi berikut yang mampu bersaing di kancah internasional.
Salam Lestari.