Share

Ragam Atraksi Kekebalan Tubuh Di Nusantara

Atraksi kekebalan tubuh terhadap benda-benda tajam merupakan salah satu atraksi yang sangat menarik perhatian, baik masyarakat lokal maupun wisatawan domestik dan mancanegara. Atraksi kebal ini rasanya terdapat di segala penjuru Nusantara. Memang budaya asli Indonesia kental dengan hal-hal yang tidak dapat dijelaskan secara ilmiah atau dengan kata lain dilua nalar.

Atraksi kekebalan tubuh ini menjadi salah satu seni pertunjukan khas Indonesia yang sebenarnya sudah ada sejak zaman nenek moyang sebagian dari suku-suku di Indonesia. Jika dipelajari lebih lanjut, teknik kekebalan tubuh dulunya dipakai dalam tujuan-tujuan tertentu, misalnya perang antar suku atau daerah. Namun seiring perkembangan zaman, akhirnya budaya ini menyesuaikan dengan zaman dan menjadi sebuah pertunjukan yang banyak diminati oleh masyarakat.

Seni kekebalan tubuh bisa dikatakan tergolong ke dalam atraksi yang cukup ekstrim. Setiap atraksi kekebalan tubuh yang ada di Indonesia pasti tidak luput dari hal-hal mistis, dalam arti bahwa budaya ini mengakui keberadaan entitas-entitas lain yang tidak dapat dilihat oleh mata jasmani atau bisanya disebut kasat mata.

Entitas ini yang nantinya akan memberikan kekuatan ekstra terhadap tubuh para pelaku budaya atau seni kekebalan tubuh ini karena pada hakikatnya tubuh manusia tidak kebal dari barang tajam atau panas. Entitas ini bisa diterjemahkan sebagai roh leluhur, roh penjaga manusia, roh penunggu tempat keramat, khasiat suatu benda pusaka, atau yang lainnya.

Benda tajam yang digosokan diatas permukaan kulit sudah pasti akan melukai kulit, begitu juga api yang didekatkan atau menyentuh kulit. Namun keunikan dari seni kekebalan tubuh adalah hal-hal yang demikian tidak terjadi. Disinilah daya tarik kesenian yang asalnya dari peradaban nenek moyang orang Indonesia sendiri. Seni yang sudah lama ini telah menarik perhatian sejak dahulu di setiap penampilannya.

Di Indonesia, terdapat beberapa daerah atau suku yang memiliki tradisi ekstrim ini. Setiap penampilan memiliki nama, sejarah, dan caranya sendiri. Lebih dalam lagi, banyak filosofi-filosofi yang menarik untuk dipelajari dari kearifan lokal khas Indonesia ini. Berikut beberapa kearifan lokal unik dari seni kekebalan tubuh di Indonesia dan pelaku budayanya:

Ngurek atau Ngorek, Bali dan Sasak
Ngurek atau Ngorek merupakan ritual sakral yang menampilkan atraksi kekebalan tubuh pada masyarakat adat di pulau Bali dan Lombok (Masyarakat Sasak). Atraksi ini disebut Ngurek oleh masyarakat Bali (Selain Ngurek, juga disebut Nguying), sedangkan masyarakat Sasak menyebutnya Ngorek. Arti Ngurek atau Ngorek ini yakni menusuk dengan menggunakan benda tajam Kurang lebih atraksi ini sama yakni para penampil atraksi menusukkan senjata tikam berjenis keris pada bagian-bagian tubuh.

Atraksi ini di Bali biasanya diiringi dengan gamelan. Para pelaku Ngurek atau Ngorek ini biasanya dirasuki oleh roh-roh tertentu sehingga dapat melakukan atraksi diluar nalar ini. Zaman dahulu, tradisi ini hanya dilakukan oleh pemangku adat atau tokoh keagamaan Hindu, namun seiring perkembangan zaman, siapa pun boleh melakukannya namun semuanya tetap dalam kondisi dirasuki roh. Ngurek atau Ngorek ini sampai saat ini masih menjadi bagian dari budaya orang Bali dan Sasak.

Debus, Banten
Debus merupakan seni atraksi kekebalan tubuh pada masyarakat yang berbudaya Sunda, khususnya masyarakat Banten. Atraksi ini biasanya ditampilkan dengan memakan beling atau pecahan kaca (Biasanya botol), berguling diatas beling, memakan paku, maupun penampilan kekebalan terhadap senjata tajam yang disebut Golok. Selain itu, ada juga yang menampilkan seni kekebalan tubuh seperti berjalan diatas bara api. Sebelum melakukan atraksi, biasanya para pemain akan melakukan puasa makan atau minum selama beberapa waktu.

Sejarah Debus mengalami perjalanan yang panjang. Ada pandangan bahwa Debus berasal dari daerah Persia yakni kesenian Al-Madad dan diperkenalkan di tanah Jawa pada penyiaran agama Islam, namun ada juga pandangan bahwa Debus merupakan kesenian asli Indonesia namun sudah berasimilasi dengan budaya luar. Sampai saat ini, kesenian Debus masih dapat kita jumpai.

Ikasai Rundui, Dayak Meratus
Tarian Ikasai Rundui merupakan tarian adat milik suku Dayak Meratus yang mendiami daerah Kalimantan Selatan. Tarian ini dimainkan oleh beberapa penari pria dan wanita. Ditengah-tengah tarian, para penari pria akan menunjukkan atraksi kekebalan tubuh terhadap senjata tajam misalnya Mandau (Parang khas Dayak), bahkan kekebalan tubuh terhadap api.

Selain itu, penari tarian Ikasai Rundui ini juga kebal terhadap duri. Atraksi biasanya ditampilkan dengan memeluk duri pohon Manau atau berguling diatasnya. Sebelum tarian dimulai, para penari laki-laki melakukan ritual adat terlebih dahulu. Tarian Ikasai Rundui sampai saat ini masih terus ditampilkan oleh masyarakat adat Dayak Meratus.

Upasa, Bantik
Tarian Upasa merupakan tarian perang dari suku Bantik yang berada di Sulawesi Utara. Tarian ini menampilkan seni kekebalan tubuh menggunakan senjata tajam sejenis parang atau tombak. Pedang yang digunakan disebut Bada’ dan Tangkung, sedangkan tombak disebut Golro. Atraksi ini dipimpin oleh kepala Upasa dan diikuti oleh sejumlah penari Upasa yang semuanya laki-laki.

Atraksi ini diiringi oleh alat musik tabuh berupa gendang dan gong. Beberapa hari sebelum tarian dilakukan, biasanya kepala Upasa dan beberapa penari akan berkumpul di suatu tempat yang dikeramatkan atau di rumah salah satu tua-tua adat untuk melakukan ritual adat memohon petunjuk dari Sang Pencipta. Tarian Upasa sampai sekarang masih ditampilkan oleh suku Bantik.

Attunu Panroli, Kajang Ammatoa
Ritual Attunu Panroli merupakan sebuah ritual adat yang dilakukan turun temurun oleh suku Kajang Ammatoa yang bermukim di sekitar Bulukumba, Sulawesi Selatan. Ritual ini dilakukan sejak dahulu oleh masyarakat adat setempat untuk menguji sebuah kejujuran. Ritual ini melibatkan seluruh masyarakat adat terkait dalam menghadapi sebuah permasalahan, misalnya pencurian. Seluruh masyarakat akan memegang besi panas yang masih membara.

Uniknya setiap orang yang jujur tidak akan mendapat luka bakar dan hanya merasakan seperti memegang besi biasa, namun lain halnya dengan mereka yang berbohong. Ritual adat ini sudah dilakukan sejak zaman nenek moyang dan masih dilakukan oleh masyarakat Kajang sampai saat ini.

Laliang, Sumba Barat
Laliang adalah olahraga seperti sepak bola yang berasal dari Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur. Uniknya, permainan sepak bola ini tergolong ekstrim karena bola yang digunakan dibakar dengan api. Tidak heran mengapa permainan ini disebut juga dengan sepak bola api. Bahan bola sendiri dibuat dengan bahan tradisional yaitu batok kelapa kering yang direndam dengan minyak tanah selama beberapa hari lalu dibakar ketika permainan akan dimulai. Para pemain terdiri dari 2 tim kecil dengan jumlah kurang lebih 5 orang per timnya.

Olahraga ekstrim ini memang awalnya dimainkan oleh masyarakat Sumba Barat namun olahraga ekstrim ini sudah menyebar ke beberapa daerah di pulau Jawa. Sampai sekarang, olahraga ektrim ini masih terlihat. Biasanya dimainkan oleh para santri di pesantren pada bulan Ramadhan.

Gesrek, Garut
Kesenian Gesrek merupakan sebuah seni pertunjukan yang ada pada masyarakat Garut, Jawa Barat. Sebenarnya pertunjukan ini tidak hanya ada pada masyarakat Garut, namun juga terdapat di Cigugur di Kuningan dan Ciptagelar di Sukabumi. Walaupn demikian, seni kekebalan tubuh dalam pertunjukan Gesrek ini hanya berada di Garut.

Gesrek sebenarnya merupakan rangkaian acara atau pertunjukan dalam rangka bersuka cita atas panen. Oleh karenanya, pertunjukan ini dilakukan pasca panen yang mayoritas pesertanya adalah petani. Dalam rangkaian acara ini, terdapat atraksi kebal yang ditampilkan seperti tahan pukulan atas benda tumpul dan benda tajam seperti golok maupun berjalan diatas bara api. Sayangnya, kesenian Gesrek ini nampaknya dimasa sekarang sudah jarang terlihat.