Share

Pembagian Wilayah Samarinda

Kota Samarinda sebagai ibukota provinsi Kalimantan Timur merupakan kota dengan penduduk yang beragam, mulai dari budaya maupun penduduk yang bermukim di sekitar wilayah Samarinda. Kekayaan budaya yang ada di kota Samarinda memang terjadi karena sejarah yang cukup panjang pernah terjadi di era lampau. Memang di era jauh sebelum kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia, pulau Kalimantan bagian timur ini, khususnya daerah Samarinda (Di masa sebelumnya) merupakan daerah atau wilayah kekuasaan Kerajaan Kutai Kertanegara Ing Martadipura.

Kota Samarinda dalam perkembangannya menjadi kotamadya ini tergolong unik karena wilayah kota ini dipisahkan oleh sungai besar yang membagi dua daratan yakni Samarinda dan Samarinda seberang. Sungai besar ini adalah sungai Mahakam. Untuk sampai dari pusat kota ke Samarinda seberang, masyarakat harus menyeberangi sungai dengan media jembatan Mahakam (Jembatan Mahkota 1) sepanjang 400 meter. Selain jembatan Mahakam, ada juga jembatan Mahkota 2 yang menjadi media penyeberangan dari sisi satu ke sisi yang lain.

Ibukota provinsi Kalimantan Timur ini memiliki luas wilayah 717 kilometer persegi. Berdasarkan posisi geografis, kota Samarinda terletak pada koordinat 0°21’81” – 1°09’16” LS dan 116°15’16” – 117°24’16” BT. Iklim yang ada di kota ini merupakan iklim topis basah dengan suhu rata-rata 20°C – 34°C dan curah hujan rata-rata 1980 mm/tahun.

Wilayah kota Samarinda dibagi menjadi 10 kecamatan dan 59 kelurahan. Berikut daftar kecamatan dan kelurahan/desa yang ada di kota Samarinda:
1. Kecamatan Sungai Pinang.
Dengan kelurahan/desa: Bandara, Gunung Lingai, Mugirejo, Sungai Pinang Dalam, dan Temindung Permai.
2. Kecamatan Samarinda Ilir.
Dengan kelurahan/desa: Pelita, Sungai Dama, Selili, Sidomulyo, dan Sidodamai.
3. Kecamatan Samarinda Ulu.
Dengan kelurahan/desa: Teluk Lerong Ilir, Dadi Mulya, Jawa, Sidodadi, Gunung Kelua, Air Hitam, Air Putih, dan Bukit Pinang.
4. Kecamatan Samarinda Kota.
Dengan kelurahan/desa: Bugis, Karang Mumus, Pelabuhan, Pasar Pagi, dan Sungai Pinang Luar.
5. Kecamatan Sungai Kunjang.
Dengan kelurahan/desa: Karang Anyar, Lok Bahu, Karang Asam Ilir, Karang Asam Ulu, Loa Bakung, Loa Buah, dan Teluk Lerong Ulu.
6. Kecamatan Samarinda Utara.
Dengan kelurahan/desa: Sempaja, Sempaja Utara, Lempake, Sungai Siring, dan Tanah Merah.
7. Kecamatan Samarinda Seberang.
Dengan kelurahan/desa: Kampung Baqa, Kampung Mesjid, dan Sungai Keledang.
8. Kecamatan Loa Janan Ilir.
Dengan kelurahan/desa: Harapan Baru, Rapak Dalam, Sengkotek, Simpang Tiga, dan Tani Aman.
9. Kecamatan Sambutan.
Dengan kelurahan/desa: Sambutan, Sungai Kapih, Makroman, Pulau Atas, dan Sindang Sari.
10. Kecamatan Palaran.
Dengan kelurahan/desa: Bukuan, Handil Bakti, Rawa Makmur, Simpang Pasir, dan Bantuas.

Dahulu sebelum Samarinda dikenal, diketahui telah didirikan beberapa pemukiman masyarakat atau perkampungan di daerah Samarinda yakni kampung Pulau Atas, Karang Asam, Karang Mumus, Loa Bakung, Sembuyutan (Yang kini menjadi Sambutan), dan Mangkupalas. Daerah Samarinda Seberang sendiri dulunya merupakan ibukota Kerajaan Kutai yakni Mangkujenang.

Dalam perjalanannya, daerah Samarinda telah menjadi saksi bisu sejarah dan peradaban di wilayah ini dalam perkembangannya dari masa ke masa. Diketahui kerajaan Kutai pernah beradah dibawah kekuasaan kerajaan Banjar sehingga migrasi masyarakat Banjar ke daerah Samarinda dapat dikatakan luar biasa. Lain halnya dengan masyarakat Bugis, diketahui kerajaan Kutai dulunya pernah menjalin persahabatan dengan kesultanan dari Sulawesi Selatan sehingga migrasi masyarakat Bugis di daerah Samarinda pun tidak sedikit. Seiring dengan perkembangan zaman, masyarakat kota Samarinda menjadi majemuk dan beragam masyarakat dengan budayanya.