Share

Menyusuri Air Terjun Kali Pineleng Sampai Tinoor

Air terjun yang terdapat di desa Kali, Pineleng ini merupakan salah satu tempat rekreasi yang menarik untuk dikunjungi gaes. Beberapa hari yang lalu saya memiliki kesempatan untuk berkunjung ke sana. Akses masuk dari desa Kali, kecamatan Pineleng sangat mudah ditemukan loh gaes. Oleh karenanya, saya melewati jalan tersebut untuk sampai ke gapura menuju ke lokasi air terjun. Dari jalan masuk gapura (Dari arah jalan raya Manado – Tomohon) yang ada patung Imam Bonjolnya sampai ke gapura air terjun kira-kira 10 sampai 15 menit jika ditempuh dengan kendaraan bermotor.

Oh iya gaes, jadi air terjun yang saya kunjungi ini namanya Tapahan Telu menurut bahasa setempat. Dari gapura masuk air terjun Tapahan Telu sampai ke lokasinya dapat ditempuh dengan waktu sekitar kurang lebih 20 menit dengan berjalak kaki. Akses masuknya menurut saya cukup baik dan lumayan terawat gaes. Dari gapura saya menyusuri jalan yang ada railway-nya. Terlihat di beberapa spot terdapat pohon tumbang yang mencoba menghalangi jalan untuk sampai ke lokasi air terjun, namun kita tetap dapat dengan mudah melewati pohon tumbang ini. Yah sedikit menunduk atau lompat sih,,,hehee.

Dalam perjalanan untuk sampai ke lokasi, di sebelah kiri saya perbukitan yang awalnya masih terlihat rumah-rumah warga sampai akhirnya benar-benar hutan liar, sedangkan di sebelah kanan terdapat jurang dimana dibawahnya terdapat aliran sungai yang terus mengalir ke dataran yang lebih rendah. Dalam perjalanan menuju ke lokasi, terdapat beberapa spot perhentian yang sebenarnya lumayan bersih namun banyak sekali coretan-coretan hasil seniman gadungan yang tidak tahu makna pariwisata.

Setelah berjalan kaki sekian lamanya, akhirnya jalan semakin menurun hingga terlihat sungai. Di beberapa spot, saya dan tim bertemu dengan pengunjung yang kembali dari lokasi air terjun dengan berbasah-basahan. Yang ada di pikiran saya saat itu, mereka pasti habis berenang gaes,,,hehee.

Tidak jauh dari jalur di tepi sungai, akhirnya air terjun Tapahan Telu mulai menunjukkan eksistensinya. Suara air jatuhnya yang cukup nyaring sepadan dengan dahsyatnya penampakan air terjun ini. Tepat di depan air terjun ini, terdapat sebuah jembatan untuk menyeberang ke sisi sebelah dan di ujung perjalanan terdapat spot untuk mengambil foto. Bagi saya untuk mendekati air terjun cukup berbahaya karena derasnya air yang jatuh dari tebing atas sehingga saya mengurungkan niat untuk mendekati air terjun tersebut.

Saya hanya bisa menikmati pemandangan air terjun dari jembatan di depan air terjun ini gaes. Karena derasnya air terjun di depan saya, percikan air lumayan untuk membuat kita basah loh. Saya jadi berpikir kembali, mungkin pengunjung yang tadinya berpapasan dengan saya di perjalanan bukan karena mandi atau berenang, namun karena dibuat basah oleh percikan air terjun ini…hehee.

Sebenarnya beberapa tahun yang lalu saya sudah pernah ke lokasi air terjun Tahapan Telu ini gaes, tepatnya sebelum tempat ini banyak dikenal orang atau sebelum tempat ini ter-expose sebagai tempat tujuan wisata. Apabila kita terus mengikuti pinggiran sungai, yah dengan sedikit mendaki sih (Padahal banyak mendakinya…hahaha), maka kita akan menemukan bahwa air terjun ini lebih dari satu gaes. Seingat saya ada tiga air terjun di sepanjang sungai ini, namun memang jalur untuk menuju kesana kurang bersahabat untuk pengunjung yang belum terbiasa masuk hutan. Sebenarnya saya ingin bertemu dengan beberapa air terjun ini namun karena waktu kami tiba sudah sore dan matahari tidak lama lagi tenggelam, akhirnya saya dan tim memutuskan untuk kembali dari air terjun ini.

Seminggu kemudian saya masih rindu dengan air terjun di tanah Tombulu ini gaes, oleh karenanya saya memutuskan untuk kembali menemui air terjun ini. Namun kali ini saya tak akan ke air terjun Tapahan Telu di desa Kali namun ke tempat yang lebih tinggi dimana aliran sungai ini yang nantinya jatuh ke bawah dan menjadi air terjun Tapahan Telu. Kali ini saya berjalan ke arah Tinoor, dimana terdapat air terjun Kandera Watu yang sebenarnya jaraknya dari jalan raya Manado – Tomohon tidak begitu jauh.

Saya masuk dari arah jalan raya Manado – Tomohon gaes, tepatnya ada jalan setapak di samping bangunan tua yang sudah tidak terpakai. Dari pinggir jalan bisa dilihat kok papan keterangan untuk menandakan jalan masuk ke air terjun Kandera Watu Tinoor ini gaes. Kalau dari arah Manado ke Tomohon, jalan masuk ke air terjun ini berada di sebelah kiri jalan yah gaes.

Langsung saja saya dan tim berjalan ke dalam. Rute ke air terjun ini awalnya cukup baik, namun semakin masuk ke dalam, alamnya pun semakin liar. Sebenarnya rutenya cukup jelas gaes, terdapat juga railway dan anak tangga yang menurun ke bawah yang sebenarnya cukup baik menurut saya. Selain itu, papan penunjuk arah di tempat ini juga sangat baik sih menurut saya. Namun karena kurangnya perhatian dan mungkin jarang orang yang berkunjung ke tempat ini, sehingga tanaman-tanaman liar di samping rute jalan seakan-akan mulai menguasai rute jalan.

Di beberapa titik terdapat tanaman-tanaman liar yang daunnya cukup panjang dan mulai menutupi rute jalan. Juga di beberapa titik terapat pohon tumbang yang menghalangi jalan masuk ke arah air terjun Kandera Watu. Saya menempuh perjalanan untuk masuk ke arah air terjun Kandera Watu ini dengan kondisi cuaca yang sedikit hujan alias gerimis gaes, jadi saya agak berhati-hati karena di beberapa tempat, kondisi rute menuju air terjun telah ditumbuhi lumut sehingga jalan agak licin. Saya sih agak terbantu karena railway yang ada di rute jalan ini, walaupun beberapa railway telah rusak gaes.

Perjalanan untuk sampai ke air terjun ini sebenarnya tidak jauh gaes dari arah jalan masuk di pinggir jalan raya tadi. Mungkin waktu yang diperlukan untuk sampai ke air terjun hanya sekitar 15 menit dengan berjalan santai. Rute perjalanan ini sebenarnya menyediakan beberapa resting area untuk beristirahat namun kondisinya sudah kurang terawat. Untuk menuju ke lokasi air terjun, kita akan mendapatkan pertigaan yang nantinya kita seharusnya mengambil arah ke bawah dan turun menyusuri pinggiran sungai untuk sampai ke lokasi air terjun. Sayangnya, kali ini saya kurang beruntung karena cuaca yang sedikit hujan membuat aliran sungai lebih deras dari sebelumnya sehingga saya mengurungkan niat saya untuk mendekati air terjun Kandera Watu ini.

Dari pertigaan tadi, saya mengambil arah jalan yang lurus dan sedikit menanjak. Jalan ini mulai tertutupi tanaman-tanaman liar di sekitar namun tetap bisa dilewati gaes. Dengan berjalan sedikit dari arah pertigaan tadi, saya sampai ke depan air terjun Kandera Watu, namun bukan dari sisi bawah yah gaess tetapi sisi diatas (Tebing). Di tempat ini telah dibuat resting area gaes. Selain tempat beristirahat, sebenarnya tempat ini juga cukup baik sebagai spot untuk mengambil foto. Tempat ini memang kurang terawat, namun lumayan lah untuk mengambil foto dengan sudut-sudut yang pas (Ala profesional gitu loh).

Memang sangat disayangkan gaes akses ke lokasi air terjun Kandera Watu yang kurang terawat ini untuk menunjang pariwisata di Sulawesi Utara tidaklah mungkin, padahal keindahan air terjun ini luar biasa loh. Rute yang kurang bersahabat ini kemungkinan menjadi momok yang kurang menarik bagi para wisatawan, khususnya wisatawan domestik. Rute ini mungkin saja terkesan angker bagi banyak orang, padahal tempat ini sangat menarik untuk dikunjungi. Semoga saja kedepannya, pemerintah maupun masyarakat setempat dapat berpartisipasi lebih aktif lagi dalam memajukan pariwisata di Sulut ini, khususnya objek pariwisata air terjun Kandera Watu ini yah gaes. Overall,,,,menurut saya, tempat ini worth it lah untuk dikunjungi. Selamat mencoba gaess.