Share

Lagu O Ina ni Keke dan liriknya yang misterius

Lagu O ina ni Keke adalah salah satu lagu Nusantara yang berasal dari daerah Sulawesi Utara. Lagu ini banyak dikenal sampai ke luar daerah Sulawesi Utara karena telah menjadi salah satu lagu daerah di Nusantara dan disejajarkan dengan lagu-lagu daerah lainnya di tiap-tiap provinsi di Indonesia. Arti judul lagu O ina ni keke ini adalah ‘Oh ibunya Keke’. Kata ‘Keke’ sendiri dalam beberapa bahasa Minahasa dapat diartikan sebagai sebutan atau panggilan kesayangan untuk anak perempuan.

Lirik lagu O ina ni Keke ini apabila diartikan per kalimatnya dapat dilihat bahwa lagu ini terkandung suatu makna tentang kedekatan antara ibu dan anak perempuannya. Apabila dilihat pula arti lagu ini per kalimatnya, dapat ditemukan juga bahwa lirik lagu ini seperti sedang berbalas-balasan. Beberapa budayawan mengartikan bahwa Keke dalam lagu ini adalah seorang anak perempuan yang manja.

Lagu O ina ni Keke sendiri tidak diketahui kapan dibuat dan dilagukan oleh siapa, namun masyarakat Minahasa percaya bahwa lagu ini sudah ada sejak masa yang lampau, bahkan kemungkinan sebelum datangnya bangsa Barat ke tanah Minahasa. Apabila diperhatikan, lirik lagu ini seperti berdialog. Liriknya yang berbalas-balasan ini, sangat mirip dengan budaya orang Minahasa masa lampau atau sudah menjadi suatu ciri khas masyarakat ini yang suka menyanyi berbalas-balasan ketika melakukan suatu kegiatan Mapalus (Gotong Royong), misalnya kegiatan pergi berkebun atau mungkin mendirikan rumah baru atau bahkan pada saat diselenggarakannya pesta rakyat.

Lagu Oh ina ni keke aslinya berasal dari masyarakat Tombulu, oleh karena itu lagu ini memiliki lirik dalam bahasa Tombulu. Namun dalam perkembangannya, lagu ini banyak dipengaruhi etnis Minahasa yang lain sehingga terdapat beberapa perbedaan dalam bahasanya atau mungkin dapat dikatakan kejanggalan yang terdapat di lirik lagunya karena bahasa Tombulu yang dicampur dengan bahasa dan dialek suku lain. Sebagai contoh bahwa lirik lagu ini dipengaruhi oleh dialek suku lain adalah kata ‘Baleko’ dimana seharusnya ‘Walekow’ dalam dialek Tombulu. Hal lain yang berbeda dari lirik ini adalah kalimat ‘Mange aki Benang’ dimana dalam versi bahasa Tombulu seharusnya ‘Mange wi ti Wenang’. Selain dialek-dialek sebelumnya, terdapat juga perubahan bahasa, misalnya dalam kalimat ‘Daimo siapa ko tare makiwe’ dimana dalam bahasa Tombulu seharusnya menjadi ‘Zeimo siapa ko tare mahaley’.

Berikut lirik lagu O ina ni keke versi bahasa Tombulu dan versi sekarang yang sudah terjadi percampuran bahasa:

Lirik lagu O ina ni Keke dalam bahasa Tombulu
O ina ni keke = Oh ibunya keke
Mange wisa ko = Mau kemanakah engkau
Mange wi ti Wenang = Pergi ke Manado (Wenang)
Tuməles Walekow = Membeli ‘Walekow’
Wehane, wehane, wehane toyo = Berikan, berikan, berikan sedikit
Zeimo siapa = Sudah tidak ada
Ko tare mahaley = Kamu baru meminta

Lirik lagu O ina ni Keke yang populer saat ini
O ina ni keke = Oh ibunya keke
Mange wisa ko = Mau kemanakah engkau
Mange aki Wenang = Pergi ke Manado (Wenang)
Tuməles baleko = Membeli ‘Baleko’
Weane, weane, weane toyo = Berikan, berikan, berikan sedikit
Daimo siapa = Sudah tidak ada
Ko tare makiwe = Kamu baru meminta

Lepas dari dialek dan bahasa diatas, sampai saat ini kata ‘Walekow’ atau ‘Baleko’ pada lagu O ina ni keke masih sukar untuk diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu. Arti kata ‘Walekow’ ini banyak diartikan oleh masyarakat dengan pengertian yang berbeda-beda. Ada yang mengatakan bahwa ‘Walekow’ atau ‘Baleko’ berasal dari kata ‘Bale’ yang artinya rumah dan kata ‘Koki’ yang artinya kecil. Kelihatannya pada versi ini apabila lirik lagu ini diartikan sepenuhnya, agak mustahil kalau ibunya si Keke pergi membeli rumah di Manado dan kemudian Keke memintanya untuk dibagi sedikit.

Pada versi yang lain, kata ‘Walekow’ diartikan oleh beberapa masyarakat sebagai jenis kue zaman dahulu. Kemungkinan kue ini sudah tidak ada lagi di masa sekarang ini, atau mungkin kue ini masih ada namun penyebutannya sudah berbeda dengan era sebelumnya. Sementara di versi lain, kata ‘Walekow’ diartikan sebagai tembakau yang disimpan dalam bambu dimana tembakau ini biasanya dipakai bahan rokok yang digulung dengan kulit jagung, dan juga sebagai pelengkap ramuan bersama bahan-bahan lainnya yakni sirih dan pinang. Tembakau sendiri zaman dahulu dipercaya dapat dipergunakan untuk kesehatan. Dari ketiga versi ini, kelihatannya ‘Walekow’ sebagai kue dan tembakau masih lebih dapat diterima daripada sebuah rumah kecil.

Selain hal-hal diatas, terdapat kejanggalan lain pada lagu ini yakni percakapan dalam lirik lagu diatas seakan-akan berada pada masa yang berbeda. Perhatikan lirik lagu ini dalam bahasa Indonesia:

O ibunya keke, mau kemanakah engkau?
Mau pergi ke Manado, membeli Walekow/Baleko
(Dalam lirik ini, sang ibu baru akan pergi ke Manado)

Berilah, berilah, berilah sedikit
Sudah tidak ada, kamu baru meminta
(Dalam lirik ini, sang ibu sudah balik dari Manado)

Tidak ada yang tahu mengapa lagu ini berbunyi demikian atau apakah liriknya yang dahulu banyak berubah. Kata kerja atau sifat dalam bahasa Tombulu sendiri mengenal keterangan waktu seperti bentuk lampau, bentuk sekarang, atau bentuk yang akan datang. Apabila lirik lagu ini ceritanya disejajarkan bahwa ibu dari Keke sudah balik dari Manado, maka kata ‘Mange’ akan berubah ke bentuk lampau menjadi ‘Mangeme’ dan kata ‘Tuməles’ menjadi ‘Timəlese’, sehingga liriknya seharusnya demikian:

O ina ni Keke, mangeme wisa ko? = Oh ibunya keke, darimanakah engkau?
Mangeme ti Wenang, Timelese walekow = Baru pergi dari Manado, membeli walekow

Lagu ini memang memiliki keunikannya sendiri. Lepas dari mana lirik yang paling benar atau mengapa pencipta lagu ini membuat lirik yang demikian, sampai sekarang tetap menjadi misteri.